Untuk kali keseratus lima puluh juta...
Mereka tanyakan engkau soalan yang sama...
“Eh kenapa kau masih lagi mahukan dia?”...
“Apa kau buta, apa kau pura-pura suka”...
Di seratus lima puluh juta kali itu...
Di depan semua engkau tarik tangan aku...
Yang sedang buat muka kosong tak ambil tahu...
Sambil ketawa engkau bilang satu per satu...
“Dia mungkin bengis seperti singa”...
“Tapi dia nangis tonton cerita Korea”...
“Dia mungkin keras bila bersuara”...
“Tapi dia jelas, jujur apa adanya”...
Dah lebih seratus lima puluh juta kali...
Aku pesan padamu apa yang bakal jadi...
Engkau dan aku ada mungkin tidak serasi...
Engkau sangat manis, aku ini pula dawai besi...
Di setiap seratus lima puluh jutanya...
Aku pun dalam hati semacam tak percaya...
Apa kau lihat pada aku jujurkan saja...
Terus kau cubit dagu aku, sambil berkata...
“Saya mungkin baran tak kira masa”...
“Tapi saya tahan kalau yang salah saya”...
“Saya mungkin saja keras kepala”...
“Tapi saya manja bila kita berdua”...
Buat apa dicerita...
Bahagia kita rasa...
Biar tak dipercaya...
Peduli orang kata...
Baju ronyok tak apa...
Asal pakai selesa...
Berkilau tak bermakna...
Kalau hati tak ada...
Aku lebih bengis dari sang naga...
Tapi bisa nangis semata demi cinta...
Suaraku keras tak berbahasa...
Kerna aku rimas gedik mengada-ngada...
Aku mudah baran tidak semena...
Mana boleh tahan angin cemburu buta...
Dan aku sengaja tunjuk keras kepala...
Aku punya manja, kau saja boleh rasa...
Mereka tanyakan engkau soalan yang sama...
“Eh kenapa kau masih lagi mahukan dia?”...
“Apa kau buta, apa kau pura-pura suka”...
Di seratus lima puluh juta kali itu...
Di depan semua engkau tarik tangan aku...
Yang sedang buat muka kosong tak ambil tahu...
Sambil ketawa engkau bilang satu per satu...
“Dia mungkin bengis seperti singa”...
“Tapi dia nangis tonton cerita Korea”...
“Dia mungkin keras bila bersuara”...
“Tapi dia jelas, jujur apa adanya”...
Dah lebih seratus lima puluh juta kali...
Aku pesan padamu apa yang bakal jadi...
Engkau dan aku ada mungkin tidak serasi...
Engkau sangat manis, aku ini pula dawai besi...
Di setiap seratus lima puluh jutanya...
Aku pun dalam hati semacam tak percaya...
Apa kau lihat pada aku jujurkan saja...
Terus kau cubit dagu aku, sambil berkata...
“Saya mungkin baran tak kira masa”...
“Tapi saya tahan kalau yang salah saya”...
“Saya mungkin saja keras kepala”...
“Tapi saya manja bila kita berdua”...
Buat apa dicerita...
Bahagia kita rasa...
Biar tak dipercaya...
Peduli orang kata...
Baju ronyok tak apa...
Asal pakai selesa...
Berkilau tak bermakna...
Kalau hati tak ada...
Aku lebih bengis dari sang naga...
Tapi bisa nangis semata demi cinta...
Suaraku keras tak berbahasa...
Kerna aku rimas gedik mengada-ngada...
Aku mudah baran tidak semena...
Mana boleh tahan angin cemburu buta...
Dan aku sengaja tunjuk keras kepala...
Aku punya manja, kau saja boleh rasa...
No comments:
Post a Comment